Rabu, 03 Oktober 2018
Kisah hangat di tengah dinginnya Salju Hokkaido
07.50 | Diposting oleh
Unknown |
Edit Entri
Burung besi itu
terbang dengan gagahnya melewati gumpalan awan di langit Indonesia menuju
langit Filipina. Tiga mahasiswi berkerudung duduk sejajar dan tampak tegang
membayangkan perjalanan yang masih panjang melewati perbatasan negara. “Kita
berada di atas awan... MasyaaAllah..Allaahu Akbar...” lirih salah satu di
antara mereka, ia pun mulai menitikkan air mata terharunya.. kali pertama ia
menaiki pesawat bersama dua rekannya yang juga baru mengalami hal serupa. Tak
tanggung-tanggung, Allah memberikan kesempatan kepada mereka untuk merasakan
pengalaman itu langsung melewati perbatasan negara, menuju wilayah di sebelah
utara Indonesia, yang terkenal dengan keindahan bungan sakuranya, Jepang.
HISAS (Hokkaido Indonesia Students Association
Scientific) meeting adalah acara
utama yang hendak mereka ikuti. Sebuah jurnal ilmiah bertemakan human and social science menjadi golden ticket yang mengantarkan mereka hingga
mendapatkan undangan berharga ke Universitas Hokkaido, Jepang. Sejatinya.. Allah
lah yang memberikan kesempatan berharga itu.
Watashi wa Handayani (Teknik Geofisika), Komalasari
(Matematika) dan Karin (Manajemen) dari Institut Teknologi Bandung. ‘Loh kok
beda-beda jurusannya? Loh ko jurnal ilmiahnya bertemakan sosial? Loh ko?!’
Justru itu! meski kami memiliki perbedaan background
keilmuan, tapi kami memiliki satu tujuan, Bhineka Tunggal Ika bahasa kerennyaaa
hehe becanda serius.
Episode ini
berawal dari kegiatan praktik budaya antri yang dilakukan tutor Asrama ITB
setiap hari Jumat di depan kampus ITB ganesha. Setiap jumat siang menjelang
dzuhur, kondisi jalan raya kacau balau dilewati para pejalan kaki yang berebut
jalan dengan para pengguna kendaraan. Meski petugas keamanan selalu sigap
memberikan rambu-rambu peringatan pada kedua pengguna jalan, tak sedikit yang
abai sehingga kondisi yang ada itu.. berantakan. Hinga akhirnya.. setelah
beberapa kali kami melaksanakan praktik budaya antri, kami menemukan ada hal
menarik yang dapat dibahas dalam sebuah jurnal imiah. Itu dia! Pengaruh
perilaku pejalan kaki terhadap ketertiban lalu lintas dan pembuatan konsep budaya
antri sebagai salah satu solusinya. Sejak saat itulah akhirnya kami bertiga
sepakat akan berjuang melakukan penelitian dan menyusun jurnal yang layak
dipublikasikan J
Berkali-kali
kami bertemu membahas perkembangan penelitian, berkali-kali kami menginap
bersama karena tak ada waktu lainnya untuk berdiskusi selain malam. Penelitian
berjalan sekitar 3 bulan sudah...Yeay! Tanggal 5 Januari 2018, jurnal kami
berhasil di submit! Baru submit loooh belom tau diterima atau enggaa..dan
tanggal 12 Januari 2018, tepat pukul 15:16 saat aku sedang asyik-asyik nya baca
referensi tugas akhir di laboratorium, sebuah email masuk.. Alhamdulillaaah
>< jurnal kami diterima dalam konferensiiiiiii
Perjalanan baru
pun dimulai, tahap pengumpulan dana. Kami bertiga ini mahasiswa Bidikmisi, you
know lah ya? Uang dari manaaa yaa agar kami bisa terbang ke Jepang?? Allah lah
satu-satunya penolong! Betul banget, sejak itu kami yang tak punya banyak pengalaman
ini akhirnya berikhtiar mencari informasi sponsorship
melalui Mbah Google. Sederetan daftar perusahaan yang potensial pun kami
targetkan untuk calon sponsor kegiatan kami di Jepang. masyaaAllah.. pada
beberapa hari kemudian, aku menemukan postingan seorang mahasiswa UNPAD bernama
Ka Juan! Inspiratif banget... postingannya tentang ikhtiar mengumpulkan dana yang
ia lakukan bersama rekan-rekannya untuk menghadiri sebuah konferensi di
Inggris. Itu tentang tawakkal... luar biasa Ka Juan terimakasihhhhh sudah
berbagi pengalaman J
Salah satu pihak
sponsor yang diceritakan Ka Juan dan menjadi target mitra kami adalah.. DAUKY.
Apaan itu? Merek pampers bayi apa yaa? Begitu hal yang terlintas dalam
pikiranku. Hingga akhirnya setelah kami mengirim proposal pengajuan dana,
sekitar 2 minggu kemudian pihak Dauky menghubungi Karin. Yup! Kami diajak
bertemu dan ini adalah kesempatan yang berharga.
Sore itu.. di
koridor timur Masjid Salman, kami bertemu dengan Ka Zein, CSR nya Dauky. Saat
itulah aku baru tahu kalau Dauky itu brand
pakaian muslim remaja-dewasa di bawah perusahaan El Foundation. Dan..dan...
kamu tahu? Proposal kami dinyatakan diterima dan kami menjadi Duta Dauky. Wah
masyaaAllah keren! “Eh by the way Duta Dauky apaan? Haha karena ada kata ‘Duta’
nya aja jadi langsung merasa keren. Jadi Duta Dauky itu pelajar macam kami yang
berkesempatan melakukan kegiatan internasional dan mendapat dukungan secara
materi dari Dauky, gituu sobb. Jadilah kami diberi hak untuk memilih satu
pasang pakaian Dauky di toko Dauky terdekat untuk digunakan saat konferensi
berlangsung nantinya, dapat uang tunai, dapat bendera dauky, dan.. dapat tugas
lainnya yang mengarah pada penyebaran pesona Islam rahmatallil’alamiin.
Lanjut ke cerita
perjalanan kami yaaa J Akhirnya kami
tiba! Masih di Filipina dan masih harus menunggu seharian hingga pesawat kedua
siap mengantarkan kami ke Tokyo. Seharian itu ngapain aja? Kami tidak punya
koneksi internet guys, jadinya lebih banyak istirahat aja deh tiduran..nah
alhamdulillaah nya aku punya tugas kuliah sob, jadi kubuka laptop sejatiku dan
kukerjakan lah tugas-tugas itu hehe.eits lupa, bahan presentasi kami juga mau
sedikit kuubah biar lebih mantep. Tak berapa lama seseorang berwajah Indonesia
menyapa, ya! Dia siapa yaaa lupa namanya.. pokoknya mahasiswa geologi UGM
(Universitas Gajah Mada) waah serumpun iomunya dengankuuu. Dan.. dan.. ternyata
dia bersama rekan lainnya juga peserta HISAS loh wah masyaaAllah. Bedanya, dia
dan rekan-rekannya memang membawa hasil penelitian di bidang geologi kalau aku?
Kamu sudah tahu kaaan.. kami mengambil tema sosial J. Kenalan bertambah nih hehe.
Tak terasa..
pesawat kami tiba menjemput dan membawa kami mengarungi lautan awan di langit
malam. Indahnya masyaaAllah lampu-lampu di bawah sanaa.. dalam hitungan 4 jam
kami tiba di langit Tokyo >< alhamdulillaah.. kami tiba di tengah malam,
jadi kami putuskan untuk menunggu di Bandara hingga pagi tiba. Ya ampunnn baru
di bandara nya aja kami mendapatkan segudang inspirasi dari Jepang ini. Benar
kata orang, Jepang itu bebas sampah, bersih, disiplin, serba teknologi, dan...
masih banyak lagi kebaikannya. Rasanya yah baru menginjakkan sekitar 1 jam saja
di negara itu, mulutku tak hentinya memuji, mataku sering terbelalak dan
ekspresiku gak bisa dikontrol, excited banget
pokoknya. “ah itu kan di bandara internasional, ya wajar aja kayak gitu.” Oh
tenang aja sob, kami akan ceritakan inspirasi lainnya meski kami dapat di
pinggiran jalan sempit.
Pagi tiba dan
kami harus melanjutkan perjalanan ke Hokkaido menggunakan alat transportasi
lainnya. Saat menaiki kereta bawah tanah, kami berpisah, Aku dan Kokom
tertinggal di kereta saat pintu tertutup otomatis hanya dalam waktu 2 menit.
Seketika, ketika kereta melaju kembali, kami hanya saling menatap dan menelan
ludah hingga akhirnya kami menyadari bahwa Kami berpisah dengan Karin. Ya
Allah.. bagaimana ini, wifi portable ada di kami, tapi Karin
bagaimana?untunglah dia yang memegang kertas petunjuk perjalanan menuju
Hokkaido yang susah payah kami dapat dari petugas keamanan. Kenapa susah? Pakai
bahasa isyarat soalnya, kami tidak mendapatkan orang Jepang yang bisa berbahsa
Inggris L hadududuhh.
Saat itu, hanya
Allah lah yang kami sebut terus dalam hati, berharap Ia menunjukkan jalan bagi
kami bertiga dan dapat berkumpul kembali. Kami sudah berusaha kembali ke
stasiun sebelumnya dan mencari Karin, alhasil..gak ketemu.. jadi kami putuskan
untuk melanjutkan ke tempat yang kami tuju untuk awal perjalanan berikutnya.
Dan kamu tahu? Alhamdulillaah ada wifi gratissss kami bisa telpon Karin yang
mungkin berada di sekitar tempat itu jugaaa (harapan), yaaaa tersambung dong!
Puji syukur kami padaMu Yaa Allah... Engkau pertemukan kami dalam keadaan
baik-baik saja.
Sore menjelang
malam, hujan salju dan hujan air mengiringi langkah kecil kami yang mulai
tampak kelelahan. Perjuangan kami menuju tempat penginapan luar biasa susahnya,
mau nangis deh ditambah bukan cuacanya saja yang tak mendukung tapi barang
bawaan kami yang buanyakkk. Tapi tak apa, toh itu kebutuhan semua, satu koper
tambahan berukuran paling besar isinya makanan semua hehehe (strategi sukses
menghemat uang di negara orang). Di tengah malam yang sangat dingin itu, ditambah
baju yang basah kuyup, kami mencari-cari rumah penginapan yang telah disewa
jauh-jauh hari hingga kami sampai di sebuh rumah tanpa halaman. Kami
memberanikan diri mengetuk pintunya, dan cukup lama menunggu hingga seorang
nenek keluar dengan raut muka heran. Selang beberapa detik barulah mukanya
menampakkan secercah tanda bahagia dan menunjukkan kami ke rumah lainnya tanpa
keluar satu kata pun, hanya gerakan isyarat.
Sampailah kami
di TOMA HOUSE. Ya inilah tempat yang kami tuju. Sangat hommy deh suasananyaaaaaa. Pemiliknya Pak Toma cukup fasih
berbahasa inggris sehingga kami tidak kesulitan berkomunikasi. Ruang kamar yang
kami sewa masyaaAllah sangat nyaman, perpaduan gaya jepang dan moderen. Cucok.
Suasananya mampu menghilangkan pikiran mumet dan rasa letih kami. Air hangat
tersedia kapan saja dan bebas digunakan kapan saja, kasur lipat sangat dan
selimut tebal siap menyelimuti badan mungil kami, penghangat ruangan siap sedia
merubah dinginnya kamar baru kami. Ruang tamu dan dapur yang sangaaaattttttt
lengkap siap memuaskan keinginan kami untuk memasak dan bersantai ria.
Sempurna! Alhamdulillaahi rabbil’aalamiin J
Malam ini kami tak ingin banyak berpikir,cukup istirahat dan mempersiapkan diri
untuk esok hari.
Jetlag,
perbedaan waktu yang kami rasakan di Jepang dengan Indonesia meski hanya
terpaut 2 jam saja. Malam terasa sangat singkat dan kami pun bangun agak
kesiangan. Langit tampak abu menandakan matahari masih belum terlampau tinggi
menyinari bumi. Beberapa jam kemudian, langit lebih putih dan tampaklah di luar
jendela salju turun dengan pelannya menyentuh jalan dan dedaunan pohon. Putih,
semuanya ditutupi salju!. Inilah musim salju pertama yang kami alami di dunia J Masih nyaman memandang putihnya
salju dari dalam kamar yang hangat, badan enggan beranjak ke luar, tapi tangan
ini gatal ingin menyentuh benda yang disebut salju itu. Nanti dulu deh, kami
lebih tergiur untuk memasak mie instan khas Indonesia yang legendaris, masih
banyak tersimpan dengan baiknya di dalam koper hitam paling besar yang kami
bawa.
Kamar yang kami
sewa berada di lantai dua, sementara kamar mandi, dapur, dan ruang televisi
bersama ada di lantai bawahnya. Meluncur! Saat tiba di ruangan dapur yang
berukuran cukup besar untuk sebuah kafe kecil itu, kami disuguhi banyak teknologi
canggih yang berbaur dengan peralatan meja dan kuri kayu yang halus. Meja dan
kursi tertata rapi bahkan disertai hiasan bungan meja yang indah, ruang makan
itu memang langsung menyatu dengan dapur dan jendela berukuran besar yang masih
tertutup gorden lipat. Ah... hommy banget, jadi kangen rumah..ssst!
baru juga sampai Jepang. Perjalanan kami masih panjang di sini. Kami kira rumah
penginapan itu membuka kafe sederhana,tapi bukan itu ternyata, semua fasilitas
tersebut disediakan untuk kenyamanan para tamu penyewa kamar. Luar biasa bukan?
“Saatnya
sarapan!”
Beberapa saat
kami berhenti bicara saking seriusnya makan mie dan susu hangat. Sesekali kami
menoleh ke luar jendela..
“hujan salju!”
Tadi pagi, salju
hanya turun sesekali dan dalam jumlah yang sedikit, sekarang kami melihat
betapa derasnya hujan salju yang disertai angin kencang.
“apakah kita
akan pergi keluar?”
“tentu! Tunggu
hujannya reda aja..”
“ok”
Hari kedua di
Hokkaido, kami bermaksud untuk survei tempat konferensi esok hari, yup tepat di
Universitas Hokkaido. Kami perlu tahu alat transportasi apa yang paling efektif
dari penginapa Toma house menuju kampus, berapa lama dan di gedung mana
tepatnya konferensi akan diadakan. Disamping survei, tujuan terbesar lainnya ya
tentu saja dapat kamu tebak..jalan-jalan!
Waktu dzuhur pun
tiba, kami masih belum beranjak pergi, hatiku gelisah melihat Kokom dan Karin
yang masih santai..sementara aku sudah siap pergi dan tak sabar menyentuh
salju. Akhirnya karena melihat kecemasan yang sangat jelas di raut wajahku,
mereka pun mengerti dan mulai bersiap.
“ Apa aja yang
perlu dipakai di cuaca dingin begini?”
“ kaos ketat
hangat, celana panjang ketat khusus musim dingin, jaket tebal, syal, dan topi
kupluk rajutan!”
“jangan lupa
pakai lotion untuk tangan, kaki, dan
bibir. Soalnya bahaya banget, dingin begini bisa bikin kulit pecah-pecah dan
berdarah.”
“serem amat.”
“percayalah”
“eh tunggu!
Orang pintar gak boleh terlewat minum ini!” pekikku sambil mengacungkan
sebungkus minuman jahe.
“orang pintar
minum tolak angin hehehehe J”
Siap! Saatnya
melihat Hokkaido di bawah langit yang lebih cerah! Dibandingkan kemarin, saat
pertama kali kami tiba di sini, semua tampak gelap, becek, dan perasaan lelah
membuat semuanya tampak buruk. Sekarang memandang ke manapun, semuanya putih
bersih, burung gagak hitam banyak bertengger di ranting-ranting pohon dan
berbunyi..
“gak. gak..
gak..” berulang kali seolah-seolah menertawakan kami bertiga yang tampak kecil,
udik dan kegirangan melihat salju.
“hahahahaha”
tawa kami pun pecah membayangkan bahwa burung gagak itu memang sedang
menertawakan kami, karena kami merasa bertingkah lucu di sini. Yasudahlah, itu
hiburan pertama kami di Hokkaido, tawa burung gagak yang merindukan.
Google maps,
aplikasi keluaran google yang paling berguna di manapun di tempat yang tidak
kami kenal sekalipun. Canggih! Di Jepang, google maps yang kami gunakan seakan
meng-upgrade dirinya menjadi super
duper lengkap. Saat kami mencantumkan lokasi tujuan Hokkaido University,
keluarlah beberapa opsi transportasi menuju kesana. Hal yang menarik adalah rute
yang ditunjukan menggunakan kereta bawah tanah, lengkap dengan nama kereta yang
harus dinaiki, stasiun yang akan dilewati, bahkan jam tiba di setiap stasiun.
“MasyaaAllah
banget, seriusan ini lengkap begini..”
“Keunikan dan
kehebatan lainnya di Jepang”
Monorail, kami
pun turun ke stasiun bawah tanah melalui pintu masuk yang bertengger di pinggi
jalan raya, tak jauh dari rumah penginapan. Kami mulai terbiasa membaca
infografis jalur kereta api yang begitu rumitnya di papan informasi. Kali ini
dan seterusnya kami tidak akan berpisah seperti sebelumnya, insyaaAllah hehe.
Wuihhh rasanya
bepergian tanpa harus membawa koper super duper berat itu, enak bangeeettt,
ringan tanpa beban. Kami leluasa mengeksplorasi pemandangan di sekitar tanpa
harus membagi fokus dengan keamanan koper-koper itu. Bayangkan saja setiap kami
naik turun tangga, masuk keluar kereta, koper itu luar biasa sekali menghambat,
dibuang tak bisa mereka sangat berharga haha. Inilah Hokkaido, kota yang menurut kami relatif lebih sepi dibandingkan Kota Bandung. Mungkin karena musim dingin, jadinya orang-orang lebih memilih menghabiskan weekend nya di rumah saja.
Tak sulit bagi kami untuk
menemukan jalan menuju kampus
Hokkaido, kami melihat bangunan dengan warna merah bata tampak
klasik dan indah. Seperti kampus pada umumnya, banyak gedung lohh jadi kami
tidak langsung menemukan ruangan konferensi besok. Kalau udah di dalam kampus
begini, google maps gak bisa digunain dong hehe, untungnya ada petunjuk
nama-nama gedung. HISAS akan diadakan di gedung fakuktas lingkungan kalau ga salah,
kami pun mencoba menelusuri jalan dan mendekat ke
beberapa plat nama gedung yang huruf nya kecil-kecil. Hingga
akhirnya kami berpapasan dengan sekelompok orang Indonesia, yeaaaaa senengnya
udah kayak ketemu jodoh. Mereka adalah Ayu dan kawan-kawan dari Universitas Gajah
Mada. Yup betul, mereka sama-sama akan menghadiri konferensi HISAS. Woww
nambah kenalan lagi nihh. Alhasil semakin bertambah banyak gerombolan kami,
foto-foto pun semakin banyak dan kami semakin kontras di antara suasana hening
Hokkaido yang terdiam diselimuti salju.
Dari kejauhan tampak dua orang, laki-laki dan
perempuan yang berawajah khas asia, laki-laki nya wajah khas Indonesia
perempuannya sedikit mirip wajah orang jepang sih. Melihat mereka yang sibuk
mengambil foto kesana kemari semakin meyakinkan kami bahwa mereka sama seperti
kami, peserta HISAS, yakin deh. Ternyata benar, mereka adalah bima dan irma
dari universitas Brawijaya. Dan kamu tahu? Kami semua ternyata berada di
kelompok riset yang sama yakni bidang human
and social science.
Taraaaa sampai deh di gedung fakultas lingkungan,
kesan klasik lebih terasa saat kami memasuki ruang depan. Sepi loh. Sampai
akhirnya kami bertemu seseorang berwajah Indonesia, ternyata panitia! Kami pun
diarahkan untuk melihat ruang konferensi, semua panitia merupakan
anggota PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Hokkaido.
Setelan berbincang-bincang singkat dengan panitia,
kami diajak makan siang dong gaya amat nih padahal ceritanya mau hemat dengan
membawa makanan satu koper. Tapi.. Ya apa boleh buat, untuk menghormati tawaran
orang.. Kami bertiga yang pada dasarnya ga enakan jadinya kita coba ikut aja makan siang
dengan strategi hemat memilih satu jenis lauk yang murah yaa. Untungnya makan hanya di kantin
kampus wuihh sistemnya kayak di kantin Salman ITB loh sistem prasmanan. Cukup
ambil nasi dan ikan aja lah hehe.
Hari kedua di Hokkaido cukup sekian saja kami pun
bergegas pulang karena hari semakin gelap dan hujan salju semakin lebat. Snowman? Nanti
aja deh insyaaAllah masih ada hari esok hehehehe.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ketiga,
hari yang paling penting selama kami berada di Jepang. Dengan meggunakan setelan
batik kami pergi lebih pagi dan lebih sigap menuju Kampus Hokkaido. Rute
perjalanan sudah kami pahami, sehingga yang kami siapkan semalam bukan lagi
masalah transportasi namun kesiapan mental dan strategi presentasi yang
singkat, padat dan jelas.
Sepulang dari
survei kemarin, rasa lelah ternyata terasa luar biasa juga, mungkin karena
cuaca dingin yang ekstrim hingga -80C menjadikan beban tubuh lebih
banyak dan mudah lelah. Alhasil.. kami baru mulai mengecek bahan presentasi dan
latihan sekitar pukul 10 malam zzzz sudah mulai ngantuk. Dengan bekal persiapan
PIMNAS tahun 2016 lalu, aku sok sok menjadi juri simulasi presentasi tim kami
yang diwakili oleh Karin. Waktu presentasi gak boleh lebih dari 10 menit
pokoknya. Latihan pertama masih 12 menit, akhirnya aku mencoba lebih
mengefektifkan slide dan bincangan
dalam presentasi. Yeay! akhirnya bisa! Karin sudah mulai menguasai retrorika
dan penyampaian hasil riset kami dalam waktu 10 menit kurang 13detik. Aku tetap
khawatir, sebab itu latihan pertama yang berhasil, belum kesempatan terbaik
kedua ketiga dan lainnya belum dicoba, tapi yasudahlah aku kasihan pada Karin
yang mulai tampak mengantuk. Satu hal yang aku sadari, aku mulai mengenyampingkan
kekuatan dzat Yang Maha Kuasa, Allah.
Tiba di ruang
konferensi..
“Indonesia..tanah
airku..tanah tumpah darahku..
di sanalah aku
berdiri, jadi pandu ibuku..”
Lagu Indonesia
raya pun kami nyanyikan sebagai salah satu pembuka kegiatan. Rasanya beda,
hangat gitu perasaannya nyanyiin lagu kebangsaan negara sendiri di negara orang
lain. Sebelum kami mempresentasikan hadil riset sendiri, kami masih tetap
berada di aula utama untuk mengikuti konferensi. Mantaaap abis pembicaranya
keren-keren. Dr. Taifu Mahmud, Erik Prasetyo, Ph.d. dan..perwakilan Bank
Indonesia.
Pembicara paling
berkesan bagiku itu Dr. Taifu Mahmud, coba tebak beliau asal mana dan bisa
bayangkan wajahnya seperti apa?
Ini dia!
Tak disangka,
beliau berwajah asia khas jepang, memang asal jepang dan beragama Islam. OMG,
masyaaAllah.
Intinya... Dr.
Taifu Mahmud menyampaikan ilmu utama dalam dunia sains dan teknologi yakni
kimia, matematika dan fisika. Beliau menyampaikan beberapa insight di dunia penelitian dan keberagaman hayati di Indonesia
yang super duper anyak. Kalimat penutup yang disampaikan merupakan hal yang aku
cari selama satu tahun ke belakang dan kutemukan jauh-jauh di jepang. Bahwa..
DEDEN RUKMANA.
Ya itu adalah petikan perkataan ketua ikatan ilmuwan internasional indonesia
yang dikutp pula oleh Dr. Taifu Mahmud. Tidak sedikit pun aku ngantuk selama
konferensi berlangsung, hingga akhirnya kami yang harus maju berbicara di
ruangan berbeda. Seluruh peserta diarahkan untuk memasuki ruangan-ruangan
sesuai bidang atau tema jurnal imiah yang akan dipresentasokan.
Hari menjelang
sore, kami pun baru akan presentasi beberapa menit lagi.
Bismillaahirrahmaanirrahiim,tidak ada niatan untuk jadi juara sejak awal, tidak
ada niatan untuk melombakan hasil riset kami, semua yang kami lakukan
benar-benar berangkat dari rasa perhatian kepadalingkungan kemudian dengan
skenario Allah yang luar biasa kami iseng mendaftarkannya pada konferensi ini.
“Jadi.. santai
aja ga perlu tegang, Allah kaan memberikan yang terbaik dari segala usaha yang
kita lakukan .” begitu lirihku pada Karin dan Kokom.
Denagn raut
wajah yang masih tampak khawatir dan tegang aku tak bisa berbuat apa2 lagi
untuk karin, selain doa. Tak berpa lama mulutnya komat kamit ternyata denagn
membukan dan membaca alquran melalui aplikasi hpnya. Aku hanya tersenyum
melihatnya dan merasa lebih tenang.
Dengan mengucap
Bismillaah.. presentasi tim kami pun mengalit begitu naturaldan
lancar..waktunya kurang dari 10 menit,entah berapa sampai-sampai juri
menyodorkan kepada Karin untuk mengisi waktu tersebut. Dan perkataan penuh
sentuahn pun keluar begitu mengalir...tepuk tangan deh semuanyaJ
Ada sekitar 10
kelompok di bidang Human and social
science, semuanya keren-keren lah parah memang orang-orang hebat penuh
dedikasi yaa. Kami sangat bersyukur dieri kesempatan mengenal mereka.
Usai seluruh
presenatsi di masing-masing kelas, kami harus berkumpul kembali di aula utama
untuk melakukan penutupan konferensi dan pegumuamn pemenag. Loh ada
pemenangnya? Ada lohhh..Cuma dua kategori untuk setiap bdiang best paper dan best presenter. Pemenang pertama, kedua, ketiga dst. Hingga Karin
sebagai perwakilan tim kami dipanggil sebagai best presenter di bidang human
adn social science. MasyaaAllah .. bahagia? Iya. Terahru? Iya. Pengen sujud
sukur rasanya. Kenapa tidak? Haha.. alhamdulillaahirabbil’aalamiin
Kami pun pulang
saat langit sudah gelap. Sesi foto-foto cukup menyita sebgaian besar waktu usai
penutupan tadi. Jadi udahan kegiatannya? No! Besok masih ada learning trip dong hehe pasti lebih
seru! Giliran happy-happy pokoknya
wkwkwk
Sebelum
memutuskan untuk berpisah, kami beserta tim lain khususnya tim Mario dkk sesama
aktivis Salman, kami berencana untuk mengerjakan shalat isya dulu di mesjid
hokkaido. Jangan bayangkan mesjid semacam mesjid-mesjid pada umumnya di
Indonesia lohh! Saat kami tiba di depan mesjid itu...dari luar tampak seperti toko
tutup. Tidak ada kubah, tidak ada ornamen khas mesjid lainnya. Saat kami masuk
wangi danging sapi tercium sangat menyengat...ternyata.. komunitas muslim
Hokkaido sedang masak-masak besar sebagai salah satu budaya sebelum pengajian
bulanan. Kekeluargaan nya dapat bangetttt, mereka beragam namun disatukan oleh
Islam. Ada yang dari malaysia, indonesia, pakistan, eropa, dan warga asli
jepang sendiri. Kami pun sedikit berbincang dan berfoto tentunya wkwk.
Kemana aja sih
saat learning trip?
Kami berbalut
busana muslim karya Dauky looh saat mengikuti
kegiatan learning trip. Jadi
ceritanya kami sekarang berubah sebagai duta dauky nih hehe bukan peserta HISAS
biasa yeilah gaya banget kan? Alhamdulilllah.. (jangan sombong) pertanyaan pun
meluncur dari berbagai arah..
“kalian pakai
baju apa? Kok Kokom sama Karin kayak seragam?”
“hmmmmm” hampir
aja kayakNisa Sabyan hehe kami malu-malu menjawab karena tidak mengerti juga
tugas duta dauky saat itu, jadi bilang saja itu dari sponsor hehe, emang bener
kan?
Apa itu duta dauky?....
pelajar atau mahasiswa pokoknya anak Indonesia yang berkesempatan melakukan
kegiatan internasional (kayak kami-kami ini hehe) dan didanai salah satunya
oleh El Foundation. Kok bisa tiba-tiba didanain? Ya engga lah sob! Kami
mengajukan proposal dan tentunya melewati tahap seleksi oleh pihak perusahaan. Nah
gitu sobbb, itu sebagai salah satu sumber dana kami hehe.
Tempat pertama
yang kami kunjungi adalah Museum pengelolaan air. MasyaaAllah hebat banget
semua air di Jepang hingga air di selokan aja bisa diminum lanmgsung, ga
percaya? Cobain deh... Air diolah sedemikian rupa melalui berbagai tahapan
hingga akhirnya demikian..
“Indonesia kapan
ya bisa begitu...???” gumam sebagian orang yang tergiur dengan kecanggihan
teknologi dan komitmen pemerintah Jepang dalam mengelola dan menjaga kebersihan
air di sana. Makanya.. setiap kali mau minum kami selalu pakai air keran di
penginapan Toma House karena memang layak minum guys bukan karena kami sebegitu
hematnya hingga tak mau membeli air sekalipun wkwk (tapi ada juga sih perasaan
begitu hehe)
Tempat kedua, museum
tanggap bencana. Di sini.. kami ketemu anak-anak kecil dari usia sekitar 3
tahun hingga 6 tahun mungkin yaaaa gemessss banget. Mereka asyiksekali melihat
dan mencoba berbagai fasilitas simulasi tanggap bencana ditemani kedua orang
tuanya. Pantes saja yah pintar-pintar tuh anak di bimbing dari kecil untuk
aware atau peduli hal demikian. Luar biasa!
Di sana kami
mencoba melakukan simulasi tanggap bencana angin topan, gempa, kebakaran dan
lainnya. Seru abisss banyak tertawanya... maklum sobat namanya juga simulasi,
tapi keren banget kayak beneran J
Ketiga, tv tower
menjadi destinasi terakhir kebersamaan kami bersama peserta dan panitia HISAS.
Di sini pula panitia menyampaikan bahwa HISAS ke-15 ini sudah selesai...
saatnya perpisahan L yaah
sedih.ohiya jadi selama learning trip tadi kami terus bersama dalam kelompok
tertentu loooh nah kami berada di bawah bimbingan Kak Amrini (alumni Teknik
Lingkungan ITB looh hehe banyak alumni
ITB ternyata di Hokkaido udah kayak pindah kuliah aja dari ganesha ke
sini haha masyaaAllah). Kami satu tim dengan Feri (Manajemen SBM ITB), Wibi
(Jurnalistik UNPAD), Bisma dan Sinta (Universitas Sriwijaya). Banyak cerita
lucu guys bersama mereka tapi mungkin akan kuceritakan di episode berikutnya
yaaahhh.
Oiya satu hal
yang ingin aku sampaikan, pakai Dauky itu nyaman banget aslinaaaa, fashionable
banget lagi.. zaman now pokoknya, aku yang anak teknik dan biasanya ga anggun
ini jadi berubah stylish gituuu. Tapi
bukan itu sih yang paling aku suka,namun misinya untuk menebarkan Islam sebagai
agama rahmatallil’aalamiin.. masyaaAllah.
Hari terkahir
bersama rekan-rekan HISAS lainnya menjadi hari yang sarat akan kenangan dan
inspirasi bagi kami. Kapan kami bermimpi akan ke negeri sakura dalam waktu
secepat ini? Sungguh.. hanya kekuasaan Allah lah yang mampu menjadikan sesuatu
dengan mudahnya, bukan karena kemampuan kami yang sudah jelas pas-pas an dan
berasal dari ridha Allah juga. Jepang, sekarang aku tahu bagaimana kamu secara
langsung,bukan hanya membaca di internet atau mendengar pujian dari
orang-orang. ternyata perkataan mereka itu tidak ada yang salah dan berlebihan,
tapi Jepang memang melebih standar rata-rata negara pada umumnya di beberapa
hal. Apa itu ? kebersihan, kedisiplinan, kerja keras dan teliti, teknologi
transportasi, pendidikan anak dan banyak lagi aduh sampai bingung mau tulis apa
lagi. Kamu salah satu inspirasi bagi kami untuk membenahi Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar