Rabu, 03 Oktober 2018

PostHeaderIcon Kisah hangat di tengah dinginnya Salju Hokkaido

Burung besi itu terbang dengan gagahnya melewati gumpalan awan di langit Indonesia menuju langit Filipina. Tiga mahasiswi berkerudung duduk sejajar dan tampak tegang membayangkan perjalanan yang masih panjang melewati perbatasan negara. “Kita berada di atas awan... MasyaaAllah..Allaahu Akbar...” lirih salah satu di antara mereka, ia pun mulai menitikkan air mata terharunya.. kali pertama ia menaiki pesawat bersama dua rekannya yang juga baru mengalami hal serupa. Tak tanggung-tanggung, Allah memberikan kesempatan kepada mereka untuk merasakan pengalaman itu langsung melewati perbatasan negara, menuju wilayah di sebelah utara Indonesia, yang terkenal dengan keindahan bungan sakuranya, Jepang.

HISAS (Hokkaido Indonesia Students Association Scientific) meeting adalah acara utama yang hendak mereka ikuti. Sebuah jurnal ilmiah bertemakan human and social science menjadi golden ticket yang mengantarkan mereka hingga mendapatkan undangan berharga ke Universitas Hokkaido, Jepang. Sejatinya.. Allah lah yang memberikan kesempatan berharga itu.
Watashi wa Handayani (Teknik Geofisika), Komalasari (Matematika) dan Karin (Manajemen) dari Institut Teknologi Bandung. ‘Loh kok beda-beda jurusannya? Loh ko jurnal ilmiahnya bertemakan sosial? Loh ko?!’ Justru itu! meski kami memiliki perbedaan background keilmuan, tapi kami memiliki satu tujuan, Bhineka Tunggal Ika bahasa kerennyaaa hehe becanda serius.
Episode ini berawal dari kegiatan praktik budaya antri yang dilakukan tutor Asrama ITB setiap hari Jumat di depan kampus ITB ganesha. Setiap jumat siang menjelang dzuhur, kondisi jalan raya kacau balau dilewati para pejalan kaki yang berebut jalan dengan para pengguna kendaraan. Meski petugas keamanan selalu sigap memberikan rambu-rambu peringatan pada kedua pengguna jalan, tak sedikit yang abai sehingga kondisi yang ada itu.. berantakan. Hinga akhirnya.. setelah beberapa kali kami melaksanakan praktik budaya antri, kami menemukan ada hal menarik yang dapat dibahas dalam sebuah jurnal imiah. Itu dia! Pengaruh perilaku pejalan kaki terhadap ketertiban lalu lintas dan pembuatan konsep budaya antri sebagai salah satu solusinya. Sejak saat itulah akhirnya kami bertiga sepakat akan berjuang melakukan penelitian dan menyusun jurnal yang layak dipublikasikan J
Berkali-kali kami bertemu membahas perkembangan penelitian, berkali-kali kami menginap bersama karena tak ada waktu lainnya untuk berdiskusi selain malam. Penelitian berjalan sekitar 3 bulan sudah...Yeay! Tanggal 5 Januari 2018, jurnal kami berhasil di submit! Baru submit loooh belom tau diterima atau enggaa..dan tanggal 12 Januari 2018, tepat pukul 15:16 saat aku sedang asyik-asyik nya baca referensi tugas akhir di laboratorium, sebuah email masuk.. Alhamdulillaaah >< jurnal kami diterima dalam konferensiiiiiii
Perjalanan baru pun dimulai, tahap pengumpulan dana. Kami bertiga ini mahasiswa Bidikmisi, you know lah ya? Uang dari manaaa yaa agar kami bisa terbang ke Jepang?? Allah lah satu-satunya penolong! Betul banget, sejak itu kami yang tak punya banyak pengalaman ini akhirnya berikhtiar mencari informasi sponsorship melalui Mbah Google. Sederetan daftar perusahaan yang potensial pun kami targetkan untuk calon sponsor kegiatan kami di Jepang. masyaaAllah.. pada beberapa hari kemudian, aku menemukan postingan seorang mahasiswa UNPAD bernama Ka Juan! Inspiratif banget... postingannya tentang ikhtiar mengumpulkan dana yang ia lakukan bersama rekan-rekannya untuk menghadiri sebuah konferensi di Inggris. Itu tentang tawakkal... luar biasa Ka Juan terimakasihhhhh sudah berbagi pengalaman J
Salah satu pihak sponsor yang diceritakan Ka Juan dan menjadi target mitra kami adalah.. DAUKY. Apaan itu? Merek pampers bayi apa yaa? Begitu hal yang terlintas dalam pikiranku. Hingga akhirnya setelah kami mengirim proposal pengajuan dana, sekitar 2 minggu kemudian pihak Dauky menghubungi Karin. Yup! Kami diajak bertemu dan ini adalah kesempatan yang berharga.
Sore itu.. di koridor timur Masjid Salman, kami bertemu dengan Ka Zein, CSR nya Dauky. Saat itulah aku baru tahu kalau Dauky itu brand pakaian muslim remaja-dewasa di bawah perusahaan El Foundation. Dan..dan... kamu tahu? Proposal kami dinyatakan diterima dan kami menjadi Duta Dauky. Wah masyaaAllah keren! “Eh by the way Duta Dauky apaan? Haha karena ada kata ‘Duta’ nya aja jadi langsung merasa keren. Jadi Duta Dauky itu pelajar macam kami yang berkesempatan melakukan kegiatan internasional dan mendapat dukungan secara materi dari Dauky, gituu sobb. Jadilah kami diberi hak untuk memilih satu pasang pakaian Dauky di toko Dauky terdekat untuk digunakan saat konferensi berlangsung nantinya, dapat uang tunai, dapat bendera dauky, dan.. dapat tugas lainnya yang mengarah pada penyebaran pesona Islam rahmatallil’alamiin.
Lanjut ke cerita perjalanan kami yaaa J Akhirnya kami tiba! Masih di Filipina dan masih harus menunggu seharian hingga pesawat kedua siap mengantarkan kami ke Tokyo. Seharian itu ngapain aja? Kami tidak punya koneksi internet guys, jadinya lebih banyak istirahat aja deh tiduran..nah alhamdulillaah nya aku punya tugas kuliah sob, jadi kubuka laptop sejatiku dan kukerjakan lah tugas-tugas itu hehe.eits lupa, bahan presentasi kami juga mau sedikit kuubah biar lebih mantep. Tak berapa lama seseorang berwajah Indonesia menyapa, ya! Dia siapa yaaa lupa namanya.. pokoknya mahasiswa geologi UGM (Universitas Gajah Mada) waah serumpun iomunya dengankuuu. Dan.. dan.. ternyata dia bersama rekan lainnya juga peserta HISAS loh wah masyaaAllah. Bedanya, dia dan rekan-rekannya memang membawa hasil penelitian di bidang geologi kalau aku? Kamu sudah tahu kaaan.. kami mengambil tema sosial J. Kenalan bertambah nih hehe.
Tak terasa.. pesawat kami tiba menjemput dan membawa kami mengarungi lautan awan di langit malam. Indahnya masyaaAllah lampu-lampu di bawah sanaa.. dalam hitungan 4 jam kami tiba di langit Tokyo >< alhamdulillaah.. kami tiba di tengah malam, jadi kami putuskan untuk menunggu di Bandara hingga pagi tiba. Ya ampunnn baru di bandara nya aja kami mendapatkan segudang inspirasi dari Jepang ini. Benar kata orang, Jepang itu bebas sampah, bersih, disiplin, serba teknologi, dan... masih banyak lagi kebaikannya. Rasanya yah baru menginjakkan sekitar 1 jam saja di negara itu, mulutku tak hentinya memuji, mataku sering terbelalak dan ekspresiku gak bisa dikontrol, excited banget pokoknya. “ah itu kan di bandara internasional, ya wajar aja kayak gitu.” Oh tenang aja sob, kami akan ceritakan inspirasi lainnya meski kami dapat di pinggiran jalan sempit.
Pagi tiba dan kami harus melanjutkan perjalanan ke Hokkaido menggunakan alat transportasi lainnya. Saat menaiki kereta bawah tanah, kami berpisah, Aku dan Kokom tertinggal di kereta saat pintu tertutup otomatis hanya dalam waktu 2 menit. Seketika, ketika kereta melaju kembali, kami hanya saling menatap dan menelan ludah hingga akhirnya kami menyadari bahwa Kami berpisah dengan Karin. Ya Allah.. bagaimana ini, wifi portable ada di kami, tapi Karin bagaimana?untunglah dia yang memegang kertas petunjuk perjalanan menuju Hokkaido yang susah payah kami dapat dari petugas keamanan. Kenapa susah? Pakai bahasa isyarat soalnya, kami tidak mendapatkan orang Jepang yang bisa berbahsa Inggris L hadududuhh.
Saat itu, hanya Allah lah yang kami sebut terus dalam hati, berharap Ia menunjukkan jalan bagi kami bertiga dan dapat berkumpul kembali. Kami sudah berusaha kembali ke stasiun sebelumnya dan mencari Karin, alhasil..gak ketemu.. jadi kami putuskan untuk melanjutkan ke tempat yang kami tuju untuk awal perjalanan berikutnya. Dan kamu tahu? Alhamdulillaah ada wifi gratissss kami bisa telpon Karin yang mungkin berada di sekitar tempat itu jugaaa (harapan), yaaaa tersambung dong! Puji syukur kami padaMu Yaa Allah... Engkau pertemukan kami dalam keadaan baik-baik saja.
Sore menjelang malam, hujan salju dan hujan air mengiringi langkah kecil kami yang mulai tampak kelelahan. Perjuangan kami menuju tempat penginapan luar biasa susahnya, mau nangis deh ditambah bukan cuacanya saja yang tak mendukung tapi barang bawaan kami yang buanyakkk. Tapi tak apa, toh itu kebutuhan semua, satu koper tambahan berukuran paling besar isinya makanan semua hehehe (strategi sukses menghemat uang di negara orang). Di tengah malam yang sangat dingin itu, ditambah baju yang basah kuyup, kami mencari-cari rumah penginapan yang telah disewa jauh-jauh hari hingga kami sampai di sebuh rumah tanpa halaman. Kami memberanikan diri mengetuk pintunya, dan cukup lama menunggu hingga seorang nenek keluar dengan raut muka heran. Selang beberapa detik barulah mukanya menampakkan secercah tanda bahagia dan menunjukkan kami ke rumah lainnya tanpa keluar satu kata pun, hanya gerakan isyarat.
Sampailah kami di TOMA HOUSE. Ya inilah tempat yang kami tuju. Sangat hommy deh suasananyaaaaaa. Pemiliknya Pak Toma cukup fasih berbahasa inggris sehingga kami tidak kesulitan berkomunikasi. Ruang kamar yang kami sewa masyaaAllah sangat nyaman, perpaduan gaya jepang dan moderen. Cucok. Suasananya mampu menghilangkan pikiran mumet dan rasa letih kami. Air hangat tersedia kapan saja dan bebas digunakan kapan saja, kasur lipat sangat dan selimut tebal siap menyelimuti badan mungil kami, penghangat ruangan siap sedia merubah dinginnya kamar baru kami. Ruang tamu dan dapur yang sangaaaattttttt lengkap siap memuaskan keinginan kami untuk memasak dan bersantai ria. Sempurna! Alhamdulillaahi rabbil’aalamiin J Malam ini kami tak ingin banyak berpikir,cukup istirahat dan mempersiapkan diri untuk esok hari.




Jetlag, perbedaan waktu yang kami rasakan di Jepang dengan Indonesia meski hanya terpaut 2 jam saja. Malam terasa sangat singkat dan kami pun bangun agak kesiangan. Langit tampak abu menandakan matahari masih belum terlampau tinggi menyinari bumi. Beberapa jam kemudian, langit lebih putih dan tampaklah di luar jendela salju turun dengan pelannya menyentuh jalan dan dedaunan pohon. Putih, semuanya ditutupi salju!. Inilah musim salju pertama yang kami alami di dunia J Masih nyaman memandang putihnya salju dari dalam kamar yang hangat, badan enggan beranjak ke luar, tapi tangan ini gatal ingin menyentuh benda yang disebut salju itu. Nanti dulu deh, kami lebih tergiur untuk memasak mie instan khas Indonesia yang legendaris, masih banyak tersimpan dengan baiknya di dalam koper hitam paling besar yang kami bawa.
Kamar yang kami sewa berada di lantai dua, sementara kamar mandi, dapur, dan ruang televisi bersama ada di lantai bawahnya. Meluncur! Saat tiba di ruangan dapur yang berukuran cukup besar untuk sebuah kafe kecil itu, kami disuguhi banyak teknologi canggih yang berbaur dengan peralatan meja dan kuri kayu yang halus. Meja dan kursi tertata rapi bahkan disertai hiasan bungan meja yang indah, ruang makan itu memang langsung menyatu dengan dapur dan jendela berukuran besar yang masih tertutup gorden lipat.  Ah... hommy banget, jadi kangen rumah..ssst! baru juga sampai Jepang. Perjalanan kami masih panjang di sini. Kami kira rumah penginapan itu membuka kafe sederhana,tapi bukan itu ternyata, semua fasilitas tersebut disediakan untuk kenyamanan para tamu penyewa kamar. Luar biasa bukan?
“Saatnya sarapan!”
Beberapa saat kami berhenti bicara saking seriusnya makan mie dan susu hangat. Sesekali kami menoleh ke luar jendela..
“hujan salju!”
Tadi pagi, salju hanya turun sesekali dan dalam jumlah yang sedikit, sekarang kami melihat betapa derasnya hujan salju yang disertai angin kencang.
“apakah kita akan pergi keluar?”
“tentu! Tunggu hujannya reda aja..”
“ok”
Hari kedua di Hokkaido, kami bermaksud untuk survei tempat konferensi esok hari, yup tepat di Universitas Hokkaido. Kami perlu tahu alat transportasi apa yang paling efektif dari penginapa Toma house menuju kampus, berapa lama dan di gedung mana tepatnya konferensi akan diadakan. Disamping survei, tujuan terbesar lainnya ya tentu saja dapat kamu tebak..jalan-jalan!
Waktu dzuhur pun tiba, kami masih belum beranjak pergi, hatiku gelisah melihat Kokom dan Karin yang masih santai..sementara aku sudah siap pergi dan tak sabar menyentuh salju. Akhirnya karena melihat kecemasan yang sangat jelas di raut wajahku, mereka pun mengerti dan mulai bersiap.
“ Apa aja yang perlu dipakai di cuaca dingin begini?”
“ kaos ketat hangat, celana panjang ketat khusus musim dingin, jaket tebal, syal, dan topi kupluk rajutan!”
“jangan lupa pakai lotion untuk tangan, kaki, dan bibir. Soalnya bahaya banget, dingin begini bisa bikin kulit pecah-pecah dan berdarah.”
“serem amat.”
“percayalah”
“eh tunggu! Orang pintar gak boleh terlewat minum ini!” pekikku sambil mengacungkan sebungkus minuman jahe.
“orang pintar minum tolak angin hehehehe J
Siap! Saatnya melihat Hokkaido di bawah langit yang lebih cerah! Dibandingkan kemarin, saat pertama kali kami tiba di sini, semua tampak gelap, becek, dan perasaan lelah membuat semuanya tampak buruk. Sekarang memandang ke manapun, semuanya putih bersih, burung gagak hitam banyak bertengger di ranting-ranting pohon dan berbunyi..
“gak. gak.. gak..” berulang kali seolah-seolah menertawakan kami bertiga yang tampak kecil, udik dan kegirangan melihat salju.
“hahahahaha” tawa kami pun pecah membayangkan bahwa burung gagak itu memang sedang menertawakan kami, karena kami merasa bertingkah lucu di sini. Yasudahlah, itu hiburan pertama kami di Hokkaido, tawa burung gagak yang merindukan.
Google maps, aplikasi keluaran google yang paling berguna di manapun di tempat yang tidak kami kenal sekalipun. Canggih! Di Jepang, google maps yang kami gunakan seakan meng-upgrade dirinya menjadi super duper lengkap. Saat kami mencantumkan lokasi tujuan Hokkaido University, keluarlah beberapa opsi transportasi menuju kesana. Hal yang menarik adalah rute yang ditunjukan menggunakan kereta bawah tanah, lengkap dengan nama kereta yang harus dinaiki, stasiun yang akan dilewati, bahkan jam tiba di setiap stasiun.
“MasyaaAllah banget, seriusan ini lengkap begini..”
“Keunikan dan kehebatan lainnya di Jepang”
Monorail, kami pun turun ke stasiun bawah tanah melalui pintu masuk yang bertengger di pinggi jalan raya, tak jauh dari rumah penginapan. Kami mulai terbiasa membaca infografis jalur kereta api yang begitu rumitnya di papan informasi. Kali ini dan seterusnya kami tidak akan berpisah seperti sebelumnya, insyaaAllah hehe.
Wuihhh rasanya bepergian tanpa harus membawa koper super duper berat itu, enak bangeeettt, ringan tanpa beban. Kami leluasa mengeksplorasi pemandangan di sekitar tanpa harus membagi fokus dengan keamanan koper-koper itu. Bayangkan saja setiap kami naik turun tangga, masuk keluar kereta, koper itu luar biasa sekali menghambat, dibuang tak bisa mereka sangat berharga haha. Inilah Hokkaido, kota yang menurut kami relatif lebih sepi dibandingkan Kota Bandung. Mungkin karena musim dingin, jadinya orang-orang lebih memilih menghabiskan weekend nya di rumah saja.
Tak sulit bagi kami untuk menemukan jalan menuju kampus Hokkaido, kami melihat bangunan dengan warna merah bata tampak klasik dan indah. Seperti kampus pada umumnya, banyak gedung lohh jadi kami tidak langsung menemukan ruangan konferensi besok. Kalau udah di dalam kampus begini, google maps gak bisa digunain dong hehe, untungnya ada petunjuk nama-nama gedung. HISAS akan diadakan di gedung fakuktas lingkungan kalau ga salah, kami pun mencoba menelusuri jalan dan mendekat ke beberapa plat nama gedung yang huruf nya kecil-kecil. Hingga akhirnya kami berpapasan dengan sekelompok orang Indonesia, yeaaaaa senengnya udah kayak ketemu jodoh. Mereka adalah Ayu dan kawan-kawan dari Universitas Gajah Mada. Yup betul, mereka sama-sama akan menghadiri konferensi HISAS. Woww nambah kenalan lagi nihh. Alhasil semakin bertambah banyak gerombolan kami, foto-foto pun semakin banyak dan kami semakin kontras di antara suasana hening Hokkaido yang terdiam diselimuti salju.




Dari kejauhan tampak dua orang, laki-laki dan perempuan yang berawajah khas asia, laki-laki nya wajah khas Indonesia perempuannya sedikit mirip wajah orang jepang sih. Melihat mereka yang sibuk mengambil foto kesana kemari semakin meyakinkan kami bahwa mereka sama seperti kami, peserta HISAS, yakin deh. Ternyata benar, mereka adalah bima dan irma dari universitas Brawijaya. Dan kamu tahu? Kami semua ternyata berada di kelompok riset yang sama yakni bidang human and social science.
Taraaaa sampai deh di gedung fakultas lingkungan, kesan klasik lebih terasa saat kami memasuki ruang depan. Sepi loh. Sampai akhirnya kami bertemu seseorang berwajah Indonesia, ternyata panitia! Kami pun diarahkan untuk melihat ruang konferensi, semua panitia merupakan anggota PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Hokkaido.
Setelan berbincang-bincang singkat dengan panitia, kami diajak makan siang dong gaya amat nih padahal ceritanya mau hemat dengan membawa makanan satu koper. Tapi.. Ya apa boleh buat, untuk menghormati tawaran orang.. Kami bertiga yang pada dasarnya ga enakan jadinya kita coba ikut aja makan siang dengan strategi hemat memilih satu jenis lauk yang murah yaa. Untungnya makan hanya di kantin kampus wuihh sistemnya kayak di kantin Salman ITB loh sistem prasmanan. Cukup ambil nasi dan ikan aja lah hehe.
Hari kedua di Hokkaido cukup sekian saja kami pun bergegas pulang karena hari semakin gelap dan hujan salju semakin lebat. Snowman? Nanti aja deh insyaaAllah masih ada hari esok hehehehe.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ketiga, hari yang paling penting selama kami berada di Jepang. Dengan meggunakan setelan batik kami pergi lebih pagi dan lebih sigap menuju Kampus Hokkaido. Rute perjalanan sudah kami pahami, sehingga yang kami siapkan semalam bukan lagi masalah transportasi namun kesiapan mental dan strategi presentasi yang singkat, padat dan jelas.
Sepulang dari survei kemarin, rasa lelah ternyata terasa luar biasa juga, mungkin karena cuaca dingin yang ekstrim hingga -80C menjadikan beban tubuh lebih banyak dan mudah lelah. Alhasil.. kami baru mulai mengecek bahan presentasi dan latihan sekitar pukul 10 malam zzzz sudah mulai ngantuk. Dengan bekal persiapan PIMNAS tahun 2016 lalu, aku sok sok menjadi juri simulasi presentasi tim kami yang diwakili oleh Karin. Waktu presentasi gak boleh lebih dari 10 menit pokoknya. Latihan pertama masih 12 menit, akhirnya aku mencoba lebih mengefektifkan slide dan bincangan dalam presentasi. Yeay! akhirnya bisa! Karin sudah mulai menguasai retrorika dan penyampaian hasil riset kami dalam waktu 10 menit kurang 13detik. Aku tetap khawatir, sebab itu latihan pertama yang berhasil, belum kesempatan terbaik kedua ketiga dan lainnya belum dicoba, tapi yasudahlah aku kasihan pada Karin yang mulai tampak mengantuk. Satu hal yang aku sadari, aku mulai mengenyampingkan kekuatan dzat Yang Maha Kuasa, Allah.
Tiba di ruang konferensi..
“Indonesia..tanah airku..tanah tumpah darahku..
di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku..”
Lagu Indonesia raya pun kami nyanyikan sebagai salah satu pembuka kegiatan. Rasanya beda, hangat gitu perasaannya nyanyiin lagu kebangsaan negara sendiri di negara orang lain. Sebelum kami mempresentasikan hadil riset sendiri, kami masih tetap berada di aula utama untuk mengikuti konferensi. Mantaaap abis pembicaranya keren-keren. Dr. Taifu Mahmud, Erik Prasetyo, Ph.d. dan..perwakilan Bank Indonesia.
Pembicara paling berkesan bagiku itu Dr. Taifu Mahmud, coba tebak beliau asal mana dan bisa bayangkan wajahnya seperti apa?
Ini dia!
Tak disangka, beliau berwajah asia khas jepang, memang asal jepang dan beragama Islam. OMG, masyaaAllah.
Intinya... Dr. Taifu Mahmud menyampaikan ilmu utama dalam dunia sains dan teknologi yakni kimia, matematika dan fisika. Beliau menyampaikan beberapa insight di dunia      penelitian dan keberagaman hayati di Indonesia yang super duper anyak. Kalimat penutup yang disampaikan merupakan hal yang aku cari selama satu tahun ke belakang dan kutemukan jauh-jauh di jepang. Bahwa..
DEDEN RUKMANA. Ya itu adalah petikan perkataan ketua ikatan ilmuwan internasional indonesia yang dikutp pula oleh Dr. Taifu Mahmud. Tidak sedikit pun aku ngantuk selama konferensi berlangsung, hingga akhirnya kami yang harus maju berbicara di ruangan berbeda. Seluruh peserta diarahkan untuk memasuki ruangan-ruangan sesuai bidang atau tema jurnal imiah yang akan dipresentasokan.
Hari menjelang sore, kami pun baru akan presentasi beberapa menit lagi. Bismillaahirrahmaanirrahiim,tidak ada niatan untuk jadi juara sejak awal, tidak ada niatan untuk melombakan hasil riset kami, semua yang kami lakukan benar-benar berangkat dari rasa perhatian kepadalingkungan kemudian dengan skenario Allah yang luar biasa kami iseng mendaftarkannya pada konferensi ini.
“Jadi.. santai aja ga perlu tegang, Allah kaan memberikan yang terbaik dari segala usaha yang kita lakukan .” begitu lirihku pada Karin dan Kokom.
Denagn raut wajah yang masih tampak khawatir dan tegang aku tak bisa berbuat apa2 lagi untuk karin, selain doa. Tak berpa lama mulutnya komat kamit ternyata denagn membukan dan membaca alquran melalui aplikasi hpnya. Aku hanya tersenyum melihatnya dan merasa lebih tenang.
Dengan mengucap Bismillaah.. presentasi tim kami pun mengalit begitu naturaldan lancar..waktunya kurang dari 10 menit,entah berapa sampai-sampai juri menyodorkan kepada Karin untuk mengisi waktu tersebut. Dan perkataan penuh sentuahn pun keluar begitu mengalir...tepuk tangan deh semuanyaJ
Ada sekitar 10 kelompok di bidang Human and social science, semuanya keren-keren lah parah memang orang-orang hebat penuh dedikasi yaa. Kami sangat bersyukur dieri kesempatan mengenal mereka.
Usai seluruh presenatsi di masing-masing kelas, kami harus berkumpul kembali di aula utama untuk melakukan penutupan konferensi dan pegumuamn pemenag. Loh ada pemenangnya? Ada lohhh..Cuma dua kategori untuk setiap bdiang best paper dan best presenter. Pemenang pertama, kedua, ketiga dst. Hingga Karin sebagai perwakilan tim kami dipanggil sebagai best presenter di bidang human adn social science. MasyaaAllah .. bahagia? Iya. Terahru? Iya. Pengen sujud sukur rasanya. Kenapa tidak? Haha.. alhamdulillaahirabbil’aalamiin


Kami pun pulang saat langit sudah gelap. Sesi foto-foto cukup menyita sebgaian besar waktu usai penutupan tadi. Jadi udahan kegiatannya? No! Besok masih ada learning trip dong hehe pasti lebih seru! Giliran happy-happy pokoknya wkwkwk
Sebelum memutuskan untuk berpisah, kami beserta tim lain khususnya tim Mario dkk sesama aktivis Salman, kami berencana untuk mengerjakan shalat isya dulu di mesjid hokkaido. Jangan bayangkan mesjid semacam mesjid-mesjid pada umumnya di Indonesia lohh! Saat kami tiba di depan mesjid itu...dari luar tampak seperti toko tutup. Tidak ada kubah, tidak ada ornamen khas mesjid lainnya. Saat kami masuk wangi danging sapi tercium sangat menyengat...ternyata.. komunitas muslim Hokkaido sedang masak-masak besar sebagai salah satu budaya sebelum pengajian bulanan. Kekeluargaan nya dapat bangetttt, mereka beragam namun disatukan oleh Islam. Ada yang dari malaysia, indonesia, pakistan, eropa, dan warga asli jepang sendiri. Kami pun sedikit berbincang dan berfoto tentunya wkwk.
Kemana aja sih saat learning trip?
Kami berbalut busana muslim karya Dauky looh  saat mengikuti kegiatan learning trip. Jadi ceritanya kami sekarang berubah sebagai duta dauky nih hehe bukan peserta HISAS biasa yeilah gaya banget kan? Alhamdulilllah.. (jangan sombong) pertanyaan pun meluncur dari berbagai arah..
“kalian pakai baju apa? Kok Kokom sama Karin kayak seragam?”
“hmmmmm” hampir aja kayakNisa Sabyan hehe kami malu-malu menjawab karena tidak mengerti juga tugas duta dauky saat itu, jadi bilang saja itu dari sponsor hehe, emang bener kan?
Apa itu duta dauky?.... pelajar atau mahasiswa pokoknya anak Indonesia yang berkesempatan melakukan kegiatan internasional (kayak kami-kami ini hehe) dan didanai salah satunya oleh El Foundation. Kok bisa tiba-tiba didanain? Ya engga lah sob! Kami mengajukan proposal dan tentunya melewati tahap seleksi oleh pihak perusahaan. Nah gitu sobbb, itu sebagai salah satu sumber dana kami hehe.
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Museum pengelolaan air. MasyaaAllah hebat banget semua air di Jepang hingga air di selokan aja bisa diminum lanmgsung, ga percaya? Cobain deh... Air diolah sedemikian rupa melalui berbagai tahapan hingga akhirnya demikian..
“Indonesia kapan ya bisa begitu...???” gumam sebagian orang yang tergiur dengan kecanggihan teknologi dan komitmen pemerintah Jepang dalam mengelola dan menjaga kebersihan air di sana. Makanya.. setiap kali mau minum kami selalu pakai air keran di penginapan Toma House karena memang layak minum guys bukan karena kami sebegitu hematnya hingga tak mau membeli air sekalipun wkwk (tapi ada juga sih perasaan begitu hehe)



Tempat kedua, museum tanggap bencana. Di sini.. kami ketemu anak-anak kecil dari usia sekitar 3 tahun hingga 6 tahun mungkin yaaaa gemessss banget. Mereka asyiksekali melihat dan mencoba berbagai fasilitas simulasi tanggap bencana ditemani kedua orang tuanya. Pantes saja yah pintar-pintar tuh anak di bimbing dari kecil untuk aware atau peduli hal demikian. Luar biasa!
Di sana kami mencoba melakukan simulasi tanggap bencana angin topan, gempa, kebakaran dan lainnya. Seru abisss banyak tertawanya... maklum sobat namanya juga simulasi, tapi keren banget kayak beneran J



Ketiga, tv tower menjadi destinasi terakhir kebersamaan kami bersama peserta dan panitia HISAS. Di sini pula panitia menyampaikan bahwa HISAS ke-15 ini sudah selesai... saatnya perpisahan L yaah sedih.ohiya jadi selama learning trip tadi kami terus bersama dalam kelompok tertentu loooh nah kami berada di bawah bimbingan Kak Amrini (alumni Teknik Lingkungan ITB looh hehe banyak alumni  ITB ternyata di Hokkaido udah kayak pindah kuliah aja dari ganesha ke sini haha masyaaAllah). Kami satu tim dengan Feri (Manajemen SBM ITB), Wibi (Jurnalistik UNPAD), Bisma dan Sinta (Universitas Sriwijaya). Banyak cerita lucu guys bersama mereka tapi mungkin akan kuceritakan di episode berikutnya yaaahhh.



Oiya satu hal yang ingin aku sampaikan, pakai Dauky itu nyaman banget aslinaaaa, fashionable banget lagi.. zaman now pokoknya, aku yang anak teknik dan biasanya ga anggun ini jadi berubah stylish gituuu. Tapi bukan itu sih yang paling aku suka,namun misinya untuk menebarkan Islam sebagai agama rahmatallil’aalamiin.. masyaaAllah.

Hari terkahir bersama rekan-rekan HISAS lainnya menjadi hari yang sarat akan kenangan dan inspirasi bagi kami. Kapan kami bermimpi akan ke negeri sakura dalam waktu secepat ini? Sungguh.. hanya kekuasaan Allah lah yang mampu menjadikan sesuatu dengan mudahnya, bukan karena kemampuan kami yang sudah jelas pas-pas an dan berasal dari ridha Allah juga. Jepang, sekarang aku tahu bagaimana kamu secara langsung,bukan hanya membaca di internet atau mendengar pujian dari orang-orang. ternyata perkataan mereka itu tidak ada yang salah dan berlebihan, tapi Jepang memang melebih standar rata-rata negara pada umumnya di beberapa hal. Apa itu ? kebersihan, kedisiplinan, kerja keras dan teliti, teknologi transportasi, pendidikan anak dan banyak lagi aduh sampai bingung mau tulis apa lagi. Kamu salah satu inspirasi bagi kami untuk membenahi Indonesia.  

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.